Wednesday, September 25, 2013

Bupati Bangka Tengah Berminat Tanam Pohon Jabon

Bupati Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman, berminat menanam pohon jabon (jati bonsor) di sepanjang ruas jalan daerah itu dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). 

"Langkah tersebut merupakan terobosan dalam upaya pemanfaatan lahan marginal secara maksimal, sehingga memiliki nilai ekonomis tinggi yang bisa mendongkrak sumber-sumber PAD," ujar di Koba, Senin.
Bupati menuturkan, pohon jabon dapat menghasilkan kayu berkualitas dengan harga per satu meter kubik kayu jabon dapat dijual Rp1,2 juta hingga Rp1,6 juta.

"Jika dalam satu kilometer dapat ditanam 750 pohon jabon dengan harga Rp1 juta saja, maka dalam 100 kilometer dapat menghasilkan pendapatan asli daerah sebanyak 750 miliar," katanya.

Berdasarkan data pada Ranperda APBD Perubahan Bangka Tengah Tahun Anggaran 2011, pendapatan daerah mencapai Rp396.047.945.000, dengan rincian Rp314.196.454.000 dana perimbangan pemerintah pusat dan Rp23 miliar dana pemerintah daerah dari pendapatan asli daerah (PAD).

Menurut Bupati, kondisi turas jalan pada jalan raya daerah itu cukup luas seperti pada jalan raya dari Kecamatan Pangkalan Baru hingga Kecamatan Lubuk Besar yang berjarak di atas 100 kilometer.

Bupati mengatakan, di luar jalan raya padat penduduk direncanakan selebar lima meter tanah pada turas jalan umum di daerah itu akan dimanfaatkan untuk ditanam pohon jabon.

"Saat ini kami sedang menggarap rancangan peraturan daerah (Ranperda) untuk pemanfaatan turas jalan dengan penanaman pohon jabon," katanya.

Bupati mengungkapkan, pemerintah daerah juga akan mengajak masyarakat daerah itu yang ingin memanfaatkan turas jalan dengan menaman pohon jabon.

"Kami berencana menggunakan sistem bagi hasil antara masyarakat dengan pemerintah daerah yang terlibat pada penanaman dan perawatan pohon jabon ini," katanya.

Pohon jabon yang sering diplesetkan dengan istilah 'jati bonsor' (jabon) yaitu jenis pohon yang mirip jati dengan kemampuan tumbuh yang sangat cepat, sehingga pohon ini cocok sebagai pohon yang kayunya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kayu seperti plywood maupun industri pulp dan kertas.

Kemasyuran pohon jabon sebagai salah satu pohon yang bernilai ekonomis tinggi, juga telah diakui Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang menilai harga jual kayu jabon bernilai tinggi sehingga cocok untuk investasi masyarakat.

Pohon jabon yang panennya dapat dilakukan dalam waktu enam hingga tujuh tahun memiliki tekstur yang lebih halus, bentuknya silinder lurus, berwarna putih kekuningan, tidak berserat, batang mudah dikupas, lebih mudah dikeringkan atapun direkatkan dan tidak cacat, arah serat terpadu, permukaan kayu mengkilap dan memiliki daya tahan yang tinggi.

Hingga saat ini kayu jabon dimanfaatkan untuk industri kayu lapis, industri mebel, pulp, mainan anak-anak, peti buah, alas sepatu, korek api, tripleks, mebel dan bahan bangunan non konstruksi.

Sumber: http://bangkatengahkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=406:bupati-bangka-tengah-berminat-tanam-pohon-jabon&catid=1:latest-news&Itemid=18
Baca selengkapnya..

Usaha Kebun Kayu Jabon Menguntungkan, Benarkah?

jabonFORDA (Bogor, 25/02/13)­_Pada saat ini, usaha kebun kayu menjadi primadona masyarakat. Berbagai cara atau penelitian dilakukan untuk meningkatkan hasil kebun kayu. Salah satu alternatifnya adalah mengembang kan pohon kayu cepat tumbuh, antara lain sengon, binuang, jabon dan lain-lain. 
“Jabon, merupakan salah satu jenis pohon kayu yang menggiurkan”, kata Dr Titiek Setyawati, peneliti Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) saat memoderasi diskusi ilmiah di Ruang Sudiarto, Kampus Badan Litbang Kehutanan pada Jum’at (22/02) di Bogor. 
Berbicara dalam diskusi ilmiah tersebut, Ir. Atok Subiakto, M.Sc, yang juga peneliti Puskonser, memaparkan saat ini antusias masyarakat menanam jabon meningkat pesat. Hal ini karena asumsi yang berkembang di masyarakat bahwa jabon mudah ditanam, dapat ditanam dimana saja, tumbuh cepat dan harga kayu tingi. “Namun, apakah itu selalu benar?,” kata Ir. Atok mengawali paparannya.



Aspek Kesesuaian Lahan

“Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanaman jabon adalah kesesuaian lahan,” jelas Atok. Keseuaian pada lahan mineral dapat diketahui dengan melakukan uji tanam pada musim hujan. Apabila pertumbuhan tanaman jabon dalam waktu 3 bulan tidak mencapai 1 meter, dapat dikatakan bahwa lahan tersebut tidak sesuai untuk jabon.


Sedangkan jabon untuk lahan gambut, Badan Litbang Kehutanan belum memberikan rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan jabon pada lahan gambut setelah umur 2 tahun diindikasikan menurun. Selain itu, perawatan pada lahan gambut juga membutuhkan biaya yang ekstra, karena perlu kanal untuk mengatur permukaan air.


Hal penting dalam menentukan lahan tanam jabon adalah ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl, curah hujan diatas 2700 mm/thn dengan bulan kering < 3 bulan. Tekstur tanah ringan sampai sedang (fraksi pasir dominan), lahan terbuka (cahaya penuh), dan lebih menguntungkan bila ada aliran sungai disekitarnya.



 Aspek Pembibitan

“Kedua, proses pembibitan. Pada tahap penaburan sampai dengan siap tanam, merupakan tahapan yang paling rentan,” lanjut Atok. Dalam tahap ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Banyak masalah atau kendala bahkan kegagalan untuk menghasilkan bibit atau anakan yang bagus.  Oleh karena itu, pada tahap ini perlu ketelitian dan kesabaran.



Aspek Kelembaban serta Hama dan Penyakit

“Ketiga, musim kering serta hama penyakit,” katanya lagi. Tanaman jabon sangat sensitif terhadap tempat tumbuh dan kekeringan. Tanaman ini membutuhkan kelembaban yang tinggi, namun tidak pada lahan yang tergenang air.  Selain itu, pada musim kemarau, tanaman jabon sering mendapat serangan hama. Oleh karena itu, pada musim ini perlu perawatan yang agak ekstra.



Aspek Ekonomi

Biaya penanaman jabon relatif murah dibanding jenis pohon cepat tumbuh lainnya. Mulai dari penanaman sampai perawatan tanaman umur 2 tahun hanya dibutuhkan biaya sekitar Rp 10 juta per hektar. Biaya akan bertambah jika lahan yang digunakan adalah lahan sewaan.


Pohon jabon sudah mulai bisa dipanen saat berumur >6 tahun. Dengan jumlah pohon per hektar 600 pohon, diameter pohon dapat mencapai >30 cm dan volume kayu rata-rata per pohon sebesar 0,38 m3. Apabila harga kayu jabon Rp. 600.000,-/m3, hasil yang dapat diperoleh sebesar Rp 136 juta per hektar. Keuntungan yang diperoleh dengan harga jual kayu tersebut tentunya sangat menggiurkan.


Namun demikian, soal harga belum ada patokan khusus. “Harga kayu jabon yang pasti belum ada,” jelas Atok. Perhitungan keuntungan di atas ini berdasarkan referensi dari Direktorat Bina Usaha Kehutanan (BUK) Kementerian Kehutanan, dimana perusahaan (PT. Intraca, Tarakan, Kaltim) sebagai pemanen dan masyarakat sebagai petani.



Pendekatan Usaha Kebun Kayu

Dalam menentukan jenis andalan untuk kebun kayu, dapat dilakukan dua pendekatan, yakni naturalis dan eksperimentalis. Pendekatan naturalisme adalah membandingkan antara kondisi ekologi habitat jenis target dengan kondisi ekologi calon lokasi penanaman. Kalau  sesuai dapat tumbuh tapi mungkin  tidak optimal.


Sedangkan pendekatan eksperimentalis adalah dengan menguji beberapa jenis target pada lahan yang akan ditanam. Penentuan jenis didasarkan pada data pertumbuhannya. Jenis terpilih  dapat tumbuh  secara optimal.


Kiat-kiat yang harus diterapkan untuk keberhasilan penanaman berdasarkan penjelasan di atas adalah tapak yang sesuai, jenis yang sesuai, waktu yang tepat, bibit yang sehat, pola dan prosedur tanam yang tepat, kerapatan tegakan dan bila perlu dijarangi serta pengendalian hama secara periodik.


Pada akhir paparannya, Atok mengatakan bahwa jabon hanya merupakan salah satu alternatif pohon kayu cepat tumbuh. Masih banyak jenis cepat tumbuh lainnya (umur panen 6-8 tahun) seperti sengon, samama, duabanga, binuang, ampupu, nyawai, dan gempor. Namun demikian harus hati-hati memilih jenis pohon yang bersifat invasif seperti dari genus Acacia, terutama jika ditanam dalam jumlah besar pada lokasi yang berdekatan dengan kawasan hutan konservasi.


Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 70 orang peneliti, penyuluh dan widyaiswara lingkup Kementerian Kehutanan tersebut juga dipaparkan materi Agroforestry Jabon: Potensi dan Kombinasi Jenis oleh Dr. Murniati.  Dalam paparan tersebut dijelaskan bahwa tanaman jabon bisa ditanam dengan tanaman semusim, dengan syarat ada kesesuaian antara kedua jenis tersebut. (THS)***

Sumber:  http://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/1249
Baca selengkapnya..