Wednesday, September 25, 2013

Usaha Kebun Kayu Jabon Menguntungkan, Benarkah?

jabonFORDA (Bogor, 25/02/13)­_Pada saat ini, usaha kebun kayu menjadi primadona masyarakat. Berbagai cara atau penelitian dilakukan untuk meningkatkan hasil kebun kayu. Salah satu alternatifnya adalah mengembang kan pohon kayu cepat tumbuh, antara lain sengon, binuang, jabon dan lain-lain. 
“Jabon, merupakan salah satu jenis pohon kayu yang menggiurkan”, kata Dr Titiek Setyawati, peneliti Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) saat memoderasi diskusi ilmiah di Ruang Sudiarto, Kampus Badan Litbang Kehutanan pada Jum’at (22/02) di Bogor. 
Berbicara dalam diskusi ilmiah tersebut, Ir. Atok Subiakto, M.Sc, yang juga peneliti Puskonser, memaparkan saat ini antusias masyarakat menanam jabon meningkat pesat. Hal ini karena asumsi yang berkembang di masyarakat bahwa jabon mudah ditanam, dapat ditanam dimana saja, tumbuh cepat dan harga kayu tingi. “Namun, apakah itu selalu benar?,” kata Ir. Atok mengawali paparannya.



Aspek Kesesuaian Lahan

“Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanaman jabon adalah kesesuaian lahan,” jelas Atok. Keseuaian pada lahan mineral dapat diketahui dengan melakukan uji tanam pada musim hujan. Apabila pertumbuhan tanaman jabon dalam waktu 3 bulan tidak mencapai 1 meter, dapat dikatakan bahwa lahan tersebut tidak sesuai untuk jabon.


Sedangkan jabon untuk lahan gambut, Badan Litbang Kehutanan belum memberikan rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan jabon pada lahan gambut setelah umur 2 tahun diindikasikan menurun. Selain itu, perawatan pada lahan gambut juga membutuhkan biaya yang ekstra, karena perlu kanal untuk mengatur permukaan air.


Hal penting dalam menentukan lahan tanam jabon adalah ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl, curah hujan diatas 2700 mm/thn dengan bulan kering < 3 bulan. Tekstur tanah ringan sampai sedang (fraksi pasir dominan), lahan terbuka (cahaya penuh), dan lebih menguntungkan bila ada aliran sungai disekitarnya.



 Aspek Pembibitan

“Kedua, proses pembibitan. Pada tahap penaburan sampai dengan siap tanam, merupakan tahapan yang paling rentan,” lanjut Atok. Dalam tahap ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Banyak masalah atau kendala bahkan kegagalan untuk menghasilkan bibit atau anakan yang bagus.  Oleh karena itu, pada tahap ini perlu ketelitian dan kesabaran.



Aspek Kelembaban serta Hama dan Penyakit

“Ketiga, musim kering serta hama penyakit,” katanya lagi. Tanaman jabon sangat sensitif terhadap tempat tumbuh dan kekeringan. Tanaman ini membutuhkan kelembaban yang tinggi, namun tidak pada lahan yang tergenang air.  Selain itu, pada musim kemarau, tanaman jabon sering mendapat serangan hama. Oleh karena itu, pada musim ini perlu perawatan yang agak ekstra.



Aspek Ekonomi

Biaya penanaman jabon relatif murah dibanding jenis pohon cepat tumbuh lainnya. Mulai dari penanaman sampai perawatan tanaman umur 2 tahun hanya dibutuhkan biaya sekitar Rp 10 juta per hektar. Biaya akan bertambah jika lahan yang digunakan adalah lahan sewaan.


Pohon jabon sudah mulai bisa dipanen saat berumur >6 tahun. Dengan jumlah pohon per hektar 600 pohon, diameter pohon dapat mencapai >30 cm dan volume kayu rata-rata per pohon sebesar 0,38 m3. Apabila harga kayu jabon Rp. 600.000,-/m3, hasil yang dapat diperoleh sebesar Rp 136 juta per hektar. Keuntungan yang diperoleh dengan harga jual kayu tersebut tentunya sangat menggiurkan.


Namun demikian, soal harga belum ada patokan khusus. “Harga kayu jabon yang pasti belum ada,” jelas Atok. Perhitungan keuntungan di atas ini berdasarkan referensi dari Direktorat Bina Usaha Kehutanan (BUK) Kementerian Kehutanan, dimana perusahaan (PT. Intraca, Tarakan, Kaltim) sebagai pemanen dan masyarakat sebagai petani.



Pendekatan Usaha Kebun Kayu

Dalam menentukan jenis andalan untuk kebun kayu, dapat dilakukan dua pendekatan, yakni naturalis dan eksperimentalis. Pendekatan naturalisme adalah membandingkan antara kondisi ekologi habitat jenis target dengan kondisi ekologi calon lokasi penanaman. Kalau  sesuai dapat tumbuh tapi mungkin  tidak optimal.


Sedangkan pendekatan eksperimentalis adalah dengan menguji beberapa jenis target pada lahan yang akan ditanam. Penentuan jenis didasarkan pada data pertumbuhannya. Jenis terpilih  dapat tumbuh  secara optimal.


Kiat-kiat yang harus diterapkan untuk keberhasilan penanaman berdasarkan penjelasan di atas adalah tapak yang sesuai, jenis yang sesuai, waktu yang tepat, bibit yang sehat, pola dan prosedur tanam yang tepat, kerapatan tegakan dan bila perlu dijarangi serta pengendalian hama secara periodik.


Pada akhir paparannya, Atok mengatakan bahwa jabon hanya merupakan salah satu alternatif pohon kayu cepat tumbuh. Masih banyak jenis cepat tumbuh lainnya (umur panen 6-8 tahun) seperti sengon, samama, duabanga, binuang, ampupu, nyawai, dan gempor. Namun demikian harus hati-hati memilih jenis pohon yang bersifat invasif seperti dari genus Acacia, terutama jika ditanam dalam jumlah besar pada lokasi yang berdekatan dengan kawasan hutan konservasi.


Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 70 orang peneliti, penyuluh dan widyaiswara lingkup Kementerian Kehutanan tersebut juga dipaparkan materi Agroforestry Jabon: Potensi dan Kombinasi Jenis oleh Dr. Murniati.  Dalam paparan tersebut dijelaskan bahwa tanaman jabon bisa ditanam dengan tanaman semusim, dengan syarat ada kesesuaian antara kedua jenis tersebut. (THS)***

Sumber:  http://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/1249

No comments:

Post a Comment